Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Kamis, 25 Februari 2010

Tradisi Megibung, Kebersamaan Khas Karangasem

KARANGASEM adalah sebuah Kabupaten di penghujung Timur Pulau Dewata (Bali). Karangasem yang dikenal sebagai Kabupaten termiskin di Tanah Bali ini ternyata memiliki banyak tradisi unik yang tidak terdapat di Kabupaten lainnya. Salah satunya tradisi makan bersama yang disebut magibung yang merupakan peninggalan Raja Karangasem.

Biasanya, tradisi megibung dilakukan ketika ada upacara pernikahan, maupun upacara Dewa Yadnya dan upacara lainnya yang melibatkan banyak orang. Tradisi makan megibung inipun hanya dikenal dikalangan masyarakat Karangasem. Namun demikian, tradisi makan bersama yang dinilai mampu menciptakan rasa kebersamaan ini mulai meluntur. Buktinya, banyak acara yang kini mulai dimodifikasi dengan system makannya memakai piring yang notabena satu piring untuk satu orang.

Menurut beberapa catatan sejarah, tradisi megibung ini dikenalkan oleh Karangasem I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Ketika itu, Karangasem dalam ekspedisinya menakhlukkan Raja-raja di tanah Lombok (Raja Sasak). Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.

Megibung penuh dengan nilai-nilai kebersamaan. Dalam megibung secara umum tidak ada perbedaan jenis kelamin, kasta atau catur warna. Anggota satu sela, misalnya, bisa terdiri laki dan perempuan, atau campuran dari golongan brahmana, ksatrya, wasya dan sudra. Mereka bersama-sama menghadapi makanan. Nilai kebersamaan ini telah dicanangkan sejak jaman I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, dan sudah menjadi tradisi hingga kini, baik di Karangasem maupun Lombok.

Dalam makan megibung juga ada ajaran etika. Sebelum acara makan dimulai seperti biasanya tangan harus dicuci bersih sebelum menghadapi makanan, dilarang bicara dan tertawa keras-keras, serta dilarang menjatuhkan remah makanan dari suapan. Kumpulan orang-orang dalam satu lingkaran disebut sela. Lauk puk dalam acara megibung juga sangat khas yakni berupa lawar merah dan putih (sejenis urap), sate baik sate isi maupun sate nyuh dan tum serta lauk khas lainnya.

Makan ala megibung ini juga sangat ketat. Bahkan, ketika salah satu peserta dalam suatu sela habis makan, yang bersangkutan tidak boleh meninggalkan temannya. Namun, dia harus menunggu sampai semua temannya selesai makan. Aturan yang tidak tertulis dalam makan megibung ini hingga kini masih terus dikuti dan dipatuhi oleh peserta makan megibung.

Di Karangasem, makan megibung secara maraton pernah dilakukan ketika awal pemerintahan Bupati Wayan Geredeg. Makan megibung yang dilakukan tanggal 26 Desember 2006 lalu ini digelar di Taman Sukasada ,Ujung dengan jumlah peserta tidak kurang dari 20.520 orang. Dek (dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar: