Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Kamis, 07 April 2011

Gambuh Sakral Betara Bagus Panji Nyaris Punah

AMLAPURA—
Gambuh merupakan salah satu tari sacral. Jenis tari gambuh juga berbeda-beda. Salah satunya gambuh Betara Bagus Panji. Keberadaan Gambuh Sakral Betara Bagus panji yang disungsung Dadia Pasek Tangkas Kori Agung dan Pasek Gelgel Desa Pakraman Pesedahan, Manggis, Karangasem saat ini nyaris punah. Karena tidak memiliki seniman penerus sejak tiga tahun terakhir.

Gambauh sakral tersebut merupakan simbolik kesatria Raden Panji yang distanakan sebagai Ida Betara Bagus Panji. Jika dalam sepuluh tahun tidak ditarikan, warga penyungsung diyakini akan terjadi kebrebehan (malapetaka).

Warga dadia Pasek Tangkas dan Pasek Gelgel yang menyatu dalam satu parhyangan nyungsung Betara Bagus Panji dalam bentuk tapel dan gelung yang merupakan satu perangkat tarian gambuh. Keberadaannya diyakini sudah ada sejak tahun caka 1621 bersamaan dengan riwayat keberadaan desa setempat, yang terbentuk dari perpanjangan tangan pemerintahan Ida Dalem Pasuruan di Puri Gelgel, Klungkung.

Gambuh sakral tersebut pernah berjaya sekitar tahun 1950-an bahkan sempat pentas ke Jawa Timur, dan di berbagai tempat di Bali serta ke Puri-Puri di Bali. Namun sejak beberapa tahun terakhir, gambuh tersebut mengalami krisis seniman dan keberlanjutan sehingga hanya dilakukan pentas seadanya setiap tahun sekali, tepatnya saat ada piodalan dipura setempat. Gambuh dipentaskan di Jaba Tengah Pura sebagai bentuk persembahan kehadapan Ida Betara Bagus Panji yang disungsung di pura tersebut.

Para seniman yang pernah dilatih yakni seniman alam asal desa setempat, namun banyak seniman tersebut yang meninggal termakan usia. Yang lebih memprihatinkan, prejuru desa sudah tidak ingat kisah-kisah cerita dan tarian yang pernah dipelajari. ‘’Bahkan seperangkat gamelan gambuh yang ada, kini tinggal beberapa jenis saja dan sudah dalam keadaan rusak,’’ungkapnya.

Untuk mengembalikan kesenian sakral tersebut, kelian dadia Drs. I Nengah Astika mengaku tidak mampu melakukan renovasi untuk pengadaan pakaian gambuh dan seperangkat gamelan sehingga kini hanya tingga tapel dan gelung yang diupacarai setiap piodalan karena dikeramatkan. Pihaknya sangat berharap bantuan dari pemerintah sehingga kesenian gambuh sakral yang ada diselamatkan agar tidak punah.

Adapun gelungan yang bisa diselamatkan dan direnovasi serta sudah selesai dipelaspas sebanyak 16 unit meliputi Gelung Panji, Bayan-Sangit, Prabu, Mendaru dan Rsi masing-masing satu buah. Selain itu tapel lainnya yang terselamatkan yakni Arya, Demung, Pepatih dan Temenggung masing-masing dua buah serta lima buah Condong. dek

Tidak ada komentar: