Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Minggu, 20 Maret 2011

Puncak Karya Betara Turun Kabeh Dipuput 33 Sulinggih


AMLAPURA—
Puncak karya Betara Turun Kabeh di Pura Besakih pada purnama Kedasa, Sabtu (19/3) lalu berlangsung khusuk. Ribuan umat Hindu dari berbagai penjuru nampak mengikuti prosesi tersebut. Meski hujan mengguyur, namun tidaklah mengganggu jalannya upacara. Karya agung yang digelar setiap tahun ini dipuput oleh 33 orang sulinggih.


Ketua Panitia Karya I Wayan Gunatra didampingi I Gusti Mangku Jana dan Jro Mangku I Wayan Widiartha mengatakan, upacara Betara Turun Kabeh bertujuan untuk memohon keselamatan dunia. Keberadaan Pura Besakih selama ini dipercaya oleh seluruh umat Hindu sebagai pusat kegiatan upacara agama, dimana Pura Besakih menurut beberapa sumber disimbolkan sebagai Madyanikang Bhuana (jagat raya). Dan Gunung Agung sebagai Lingga Cala stana Ida Bhatara Ciwa yang bergelar Ida Hyang Putran Jaya sebagai penguasa jagat. ‘’Kepercayaan itu didasarkan atas lontar Raja Purana Besakih dan beberapa lontar lainnya seperti lontar Padma Bhuana, yang mewajibkan umat Hindu menghaturkan yadnya di Pura Agung Besakih,’’ujarnya.

Dalam upacara Betara Turun Kabeh dan Penyejeg Jagat, yang menjadi inti upacara adalah prosesi Mapeselang yang mengandung makna turunnya anugrah dewata terhadap kehidupan manusia di bumi.

Gusti Mangku Jana koordinator seksi upakara menjelaskan, makna dari upacara ini adalah ungkapan rasa syukur atas berkah limpahan karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segenap karunianya dalam kehidupan umat manusia di alam mayapada. Segenap isi alam, sumber daya manusia yang merupakan wujud prakerti Tuhan dalam menciptakan kehidupan beserta segala isinya diilustrasikan dalam prosesi Mapeselang saat puncak karya berlangsung.

Puncak karya Betara Turun Kabeh diawali dengan prosesi pemujaan untuk para buta kala dengan sarana pecaruan. Prosesi upakara didiiringi wayang gedogan dan Topeng dari Tengkulak, Gianyar., Baris Gede dan Rejang Dewa dari Besakih Kangin serta tetabuhan Gong Gede dan Gambang.

Setelah itu, upacara dilanjutkan persembahyangan tahap pertama. Selanjutnya dilakukan upacara Mepurwa Daksina sebanyak 3 kali di Penataran Agung, yang disusul Ida Betara munggah di Peselang. Setelah itu, diisi dengan membacakan sloka. Dialog sloka Majejiwan yang dilantunkan adalah dialog sakral dan magis. Melalui visualisasi ritual di Pura Besakih, seluruh kekuatan dewata catur loka phala menyatu sebagai simbol perwujudan konsep Padma Kuncup.dek

Tidak ada komentar: