Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Minggu, 18 April 2010

Tradisi Perang Api --Kepercayaan Membakar Angkara Murka Dalam Diri


AMLAPURA-

Tradisi unik di Karangasem seakan tiada habisnya. Berbagai kebudayaan nenek moyang hingga kini masih dijaga kelestariannya. Salah satunya tradisi Ter-Teran atau lebih terkenal dengan sebutan perang api.

Sejatinya, perang api di Karangasem dilakukan dibeberapa desa. Hanya saja, pelaksanaannya yang berlainan. Di Desa Jasi, Karangasem, misalnya. Perang api dilakukan setiap dua tahun sekali pada hari Pangerupukan atau sehari sebelum Nyepi. Pelaksaan ini berbeda dengan di Dusun Saren Kauh, Desa Saren, Bebandem, Karangasem. Perang api dilakukan saat bulan mati (Tilem) yang jatuhnya bertepatan pelaksanaan Usabha Dalem, di desa setempat yang dilakukan selama tiga hari.

Menurut Pemangku Desa setempat, Jro Mangku Wayan Laga, mengatakan, perang api memiliki makna untuk membakar buana agung dan buana alit dari keangkara murkaan dan menghidupkan kembali Dahrma. Sarana yang digunakan dalam perang api berupa sabut kelapa. Menurut filsafat, sabut kelapa digunakan dalam perang api karena api dalam sabut kelapa (sambuk) matinya pelan. Ini artinya, Dharma hidupnya lama.

Sebelum perang api dilakukan, semua sarana yang akan digunakan diupacarai. Setelah persembahyangan, barulah perang api dimulai yang diawali dengan pembakaran sabut kelapa. Setelah itu, warga yang terbagi dalam dua kelompok langsung bereaksi seperti orang kesurupan. Mereka menyambar api yang berkobar lalu melempar dan mengejar warga lainnya sehingga menyerupai sebuah pertempuran dengan menggunakan api.

Dalam upacara perang api juga ada pantangan yang disepakati warga. Dimana, saat perang api berlangsung, tidak ada yang menghidupkan lampu, dengan tujuan agar warga yang saling melempar api benar-benar tidak mengetahui siapa yang melemparnya. Ini untuk menghindari dendam.

Meskipun banyak peserta yang mengalami luka bakar. Namun anehnya, mereka mengaku tidak merasa kepanasan atau perih. Mereka memiliki keyakinan, api tersebut membakar aura negative dalam tubuh. dek.

Tidak ada komentar: