Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Senin, 22 Maret 2010

Terikat Sumpah, Wayang 8 Abad Tidak Dimainkan


PERTUNJUKAN wayang merupakan salah satu budaya tradisional khas Indonesia. Ditengah perkembangan zaman, kebudayaan yang muncul dijaman kerajaan masa lampau ini nyaris punah.

Bagi masyarakat Bali pertunjukan wayang sudah biasa digelar. Pertunjukan tidak hanya dilakukan saat upacara tertentu saja, namun, pertunjukan wayang kerap digelar dalam berbagai even. Bahkan, jika ada kunjungan pejabat tinggi, pertunjukan wayang juga kerap digelar untuk menyambutnya.

Cerita dalam pertunjukan wayang kulit, biasanya dalang mengambil lakon dari cerita Mahabarata, Ramayana maupun cerita klasik lainnya yang memiliki nilai moralitas yang tinggi. Berkaitan dengan ini sejumlah tokoh atau karakter kemudian dibuat sesuai dengan sifat serta karakter tokoh tersebut, sehingga dalam pementasan penokohan karakter tersebut bisa hidup.

Di Desa Pasedahan, Manggis, Karangasem bahkan ada wayang yang telah berumur 800 tahun. Wayang yang terbuat dari belulang atau kulit binatang ini menurut yang empunya merupakan peninggalan pembuat wayang dijaman Raja Karangasem dulu.

Jro Mangku Nyoman Gelgel, yang menyimpan perangkat wayang tersebut mengaku wayang yang dimilikinya berusia sangat tua yakni 800 tahun. Menurutnya, wayang kuno yang berusia delapan abad tersebut kini disimpan dalam sebuah keropak.’’Ya…wayang yang saya simpan usianya sudah 8 abad,’’ujarnya seraya memperlihatkan beberapa tokoh yang sudah keropos karena tua.

Menurut Gelgel, wayang tersebut tidak pernah dipentaskan lagi. Tidak pernahnya manggung wayang tersebut diakibatkan oleh ikatan sumpah pembuatnya dulu. Pembuat wayang tersebut dalam sumpahnya melarang keturunannya untuk membuat wayang apalagi menjadi dalang.

Akibatnya, wayang tersebut hanya ditidurkan dalam gerobak penyimpanannya. Meski demikian, tiap Tumpek Wayang, benda bernilai seni tersebut tetap diupacarai. Gelgel sendiri mengaku senang dengan wayang dan sudah mempelajarinya sejak kecil. Namun, karena terikat dengan sumpah leluhurnya tersebut, dia tidak menjadi dalang. Ilmunya hanya diajarkan kepada mereka yang ingin belajar mendalang, dan belajar sastra pewayangan. dek.

Tidak ada komentar: