Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

SELAMAT DATANG DI KUBU JINGGA,BLOG YANG BERISI APA SAJA.

Rabu, 27 Oktober 2010

Ratusan Prajurit Majapahit Diupacarai --Ritual Menjaga Kekuatan Magis Sabuk Poleng


AMLAPURA—

Karangasem tidak pernah kering dengan budaya unik. Tidaklah mengherankan jika banyak wisatawan asingmaupun mancanegara yang datang hanya untuk menyaksikan tradisi yang tidak mereka temukan didaerah lainnya. Seperti salah satu sejarah budaya pada masa kerajaan Majapahit yang hingga kini masih terjaga dengan baik di Desa Nyuh Tebel, Manggis, Karangasem.

Menurut keyakinan warga, hingga kini masih ada ratusan sisa prajurit Majapahit yang terpilih karena mewarisi Sesabukan Poleng dari prajurit majapahit jaman kerajaan dahulu.

Sesabukan poleng diyakini memiliki kekuatan magis yang menyebabkan pemiliknya sakti tiada tertandingi. Pemegang sabuk poleng dari jaman Majapahit ini juga diyakini kebal akan senjata. Untuk menjaga nilai magis sesabukan poleng tersebut, para pemegang melakukan upacara Ngelabaang Sesabukan Poleng yang dilakukan setiap Kajeng Kliwon.

I Nengah Rastika, salah satu tokoh adat Nyuh Tebel mengatakan, warisan sesabukan poleng ini berupa kain ikat dengan motif berkotak-kotak warna hitam dan putih. Kain yang diyakini memiliki nilai magis tersebut diakui sebagai warisan leluhur warga Nyuh Tebel. ‘’Keberadaan kain ini sangat disakralkan karena diyakini memiliki kekuatan gaib yang luar biasa,’’ujar Rastika.

Pada jaman dahulu, kain tersebut hanya digunakan saat berperang dengan kerajaan lain. Mereka yang menggunakan juga tidak sembarangan, penggunanya khusus pria yang sudah potong gigi (dewasa).

Saat akan berperang, prajurit yang sudah menggunakan sesabukan poleng ini terlebih dahulu melakukan persembahyangan di Pura Majapahit. Sarana yang dipakai berupa sesajen Jajan Uli warna merah, warna Putih dan Hitam. Bunga yang digunakan juga tidak sembarangan, namun menggunakan bunga dari Pohon Pinang dengan memakai daun Andong, Pisang Daak Sangkit. Ayam yang digunakan dalam upacara tersebut ada tiga jenis yakni ayam Biing Kuning, Serawah Batu, dan Brumbun Kuning. Saat menghaturkan sembah, warga tidak menggunakan bunga, namun menggunakan daun beringin, gegirang dan Liligundi.

Usai diperciki tirta, prajurit menerima labaan yang dihaturkan. Setelah itu, barulah mereka berangkan berperang dimana barisan terdepan adalah prajurit bertombak disusul prajurit bersenjata keris.

Sekembali dari peperangan, mereka langsung menuju rumah. Didepan pintu sudah disediakan segehan. Sedangkan sesabukan poleng yang semula digunakan kembali ditempatkan disanggah.

Jelas Rastika, upacara ini memiliki makna untuk menyucikan sesabukan poleng karena diyakini memiliki nilai magis. Mereka yakin ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga.

Keberadaan upacara ngelabaang hingga kini masih dilestarikan. Dengan menyucikan barang magis tersebut, secara tidak langsung warga menjadi pasukan Majapahit.

Keunikan dalam tradisi ini, para prajurit berisi acara berebutan daging ayam yang dihaturkan sebelumnya. Setelah mendapatkan lelabaan, mereka langsung mengangkat keris yang artinya Lelabaan yang diperolehnya itu tidak boleh direbut lagi. ‘’Jika ada yang tidak dapat bagian, maka aka nada hal aneh pada pemegang Sesabukan Poleng tersebut,’’katanya.

Sementara itu, Bendesa Adat I Wayan Suara mengatakan, upacara ini rutin tiap tahun tepatnya pada Usaba Sambah, pas hari Kajeng Kliwon. ‘’Zaman dahulu warga Nyuh Tebel merupakan prajurit perang Majapahit asal Desa Seraya yang kemudian pindah ke Nyuh Tebel,’’ujarnya.

Diakui, prajurit dari Nyuh Tebel pernah membuktikan keampuhan sesabukan polengnya saat Karangasem menaklukan Kerajaan Selaparang, Lombok. ‘’Sampai kini sesabukan poleg ini masih ada. Dan diyakini mampu memberikan rasa tenang bagi masyarakat,’’jelasnya.dek.

Tidak ada komentar: